 (WOL Photo/Haryadi Dwi Putra Hasman)
PARAPAT
– Sigale-Gale merupakan salah satu kebudayaan Batak Toba yang
dibanggakan. Boneka gerak ini menyimpan suatu cerita mistis yang
mengagumkan. Dahulu, ada seorang raja, yang memiliki anak bernama
Manggale. Dalam sebuah peperangan, Manggale tewas. Sang raja pun menjadi
sangat sedih, hingga akhirnya jatuh sakit.
Penasihat kerajaan lalu mencari tabib di seluruh negeri. Seorang
tabib mengatakan bahwa raja sakit rindu. Dan untuk mengobatinya sang
tabib mengusulkan kepada penasehat kerajaan untuk dibuat suatu upacara
di kerajaan itu dan memahat sebuah kayu menyerupai wajah Manggale.
Dalam
upacara itu, sang tabib memanggil roh Manggale dan rohnya dimasukkan ke
dalam kayu yang dipahat menyerupai wajahnya, kemudian boneka Manggale
itu manortor (menari-red) dengan iringan khas musik Batak Toba, yaitu
Sordam dan Gondang Sabangunan.
“Patung yang sudah dirasuki
Manggale itu menari selama tujuh hari tujuh malam, tetapi pada hari ke
delapan patung itu berhenti menari,” tutur J. Sidabutar, pemandu
pertunjukkan Sigale-Gale di daerah Tomok, Pulau Samosir, Sumatera
Utara. Dan boneka Manggale yang berhenti manortor itu disebut dengan
Sigale-Gale.
Sampai saat ini, Sigale-Gale masih ada di Pulau
Samosir, Sumatera Utara dan masih sering dimainkan dengan menggunakan
playback musik. Sigale-Gale ini, menjadi salah satu ikon kebudayaan
Sumatera Utara yang masih menarik perhatian pengunjung baik dari lokal
maupun internasional.
Di Pulau Samosir, Sigale-Gale ini masih
dapat dinikmati pertunjukkannya dengan tarif seiklasnya. Pengunjung
juga bisa berfoto dengan Sigale-Gale ini dengan ulos yang disediakan
oleh pemilik Sigale-Gale dengan menggunakan kamera pribadi pengunjung |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar