GUNUNG SINABUNG DAN SIBAYAK
empatan untuk survey ke gunung
Sinabung dan Sibayak yang terletak di kabupaten Karo, Sumatera Utara dan
mengapit kota Berastagi.
Hari pertama kami naik ke kawah yang berada di sisi selatan gunung
Sinabung. Kami tidak mendaki melalui rute umum pendakian yaitu dari
danau Lau Kawar, melainkan naik dari desa Sukameriah, Gurukinanti
Gurukinayan (± 1100 m). Jarak yang ditempuh dari desa ini menuju kawah
adalah tiga jam (waktu “normal”nya dua jam), dengan mengambil jalur para
penambang belerang di kawah tersebut.
Sekitar sepertiga perjalanan di awal masih melalui perkebunan dan
lahan terbuka yang kemiringannya masih landai. Jalur selanjutnya
memasuki hutan, terdapat sekali turunan dan selanjutnya… nanjak
teruuusss…. Karena jalur ini jarang dilalui (penambang belerang tidak
setiap hari ke kawah), maka pada beberapa tempat terdapat jalur yang
sudah tertutup. Selain itu, kemiringan yang cukup terjal dikombinasikan
dengan bebatuan lepas semakin menambah kesulitan dan juga bahaya di
jalur ini. Tak heran, sering terdengar teriakan “Awas…! Batu…!” Lumayan
kan kalau batu sebesar bola tennis mampir di kepala??
Setelah keluar dari hutan dan mendekati kawah, jalur mulai landai
kembali TETAPI jalur menyempit serta di sisi kiri jalur terdapat jurang
yang dalam. Salah langkah, bisa-bisa meluncur ke bawah…
Akhirnya sampai juga di kawah dengan ketinggian sekitar 1869 m di
atas permukaan laut. Manifestasi yang ada berupa fumarol dengan deposisi
belerang di sekitarnya (solfatara). Harus berhati-hati di sini karena
uap mengandung gas SO2 yang menyesakkan nafas, bikin batuk dan iritasi mata.
Berhubung perjalanan hari pertama sudah sangat melelahkan, hari kedua
kami putuskan untuk tidak naik ke puncak Sinabung. Kami putuskan untuk
ke kawah gunung Sibayak terlebih dahulu yang relatif mudah karena sudah
merupakan tempat wisata. Cukup berjalan selama 20 menit, sudah sampai di
kawasan kawah Sibayak.
Hari ketiga kami kembali ke gunung Sinabung untuk mendaki menuju
kawah utamanya. Kali ini kami melalui jalur umum pendakian gunung
Sinabung, yaitu melalui danau Lau Kawar yang terletak di ketinggian
sekitar 1420 m. Ada 4 pos pendakian di jalur ini. Medan yang berat
terdapat di dua lokasi. Pertama, sebelum pos II, dimana terdapat
tanjakan yang sangat terjal hingga 60 derajat. Yang kedua yaitu selepas
pos IV sebelum puncak yang dikenal dengan nama “tanjakan patah hati”
dengan kemiringan hingga 80 derajat dan berupa bebatuan yang solid.
Tanjakan ini sudah berada di daerah terbuka sehingga dapat melihat danau
Lau Kawar di kejauhan. Bagi yang ngeri ketinggian, sebaiknya tidak
melihat ke belakang saat mendaki di tanjakan ini…
Akhirnya, setelah 3,5 jam perjalanan, pada ketinggian sekitar 2420 m,
terdapat dataran luas untuk beristirahat yang dikelilingi oleh
puncak-puncak gunung Sinabung. Puncak yang tertinggi, puncak utama
memiliki ketinggian 2475 m. Selain puncak utama, puncak ketiga merupakan
puncak yang popular di kalangan para pendaki gunung. Penduduk sekitar
menamakannya sebagai puncak Batu Segal dan lebih popular sebagai “Flash
Gordon”. Sayang, karena tertutup kabut, kami tidak bisa mengambil foto
flash Gordon. Selain itu, karena kondisi cuaca tidak memungkinkan, kami
tidak dapat turun ke kawah sebab terdapat akumulasi gas SO2 yang beracun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar