Kucing Emas Kucing Misterius Sarat Mitos
Kucing emas (Pardofelis temminckii) adalah kucing misterius
dan sarat mitos dari belantara hutan sumatera. Misterus, lantaran
kucing emas sangat sulit ditemukan di habitat aslinya. Pola hidupmya
belum banyak diketahui dibanding jenis kucing hutan Indonesia lainnya.
Kucing emas yang misterius ini termasuk hewan langka
yang dikeramatkan oleh penduduk lokal. Banyak mitos ghaib yang beredar
dikalangan masyarakat lokal mengenai kucing emas ini, seperti sebagai
binatang bertuah, bagian tubuhnya yang dapat dijadikan jimat, hingga
menjadi penangkal teluh (santet). Mitos berkenaan kucing emas ini justru
membuat kucing hutan ini semakin langka.
Kucing emas
oleh beberapa penduduk lokal kadang disebut sebut sebagai ‘Harimau
Kijang’, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan Asiatic Golden Cat, Golden Cat, atau Temminck’s Cat. Nama latin hewan ini adalah Pardofelis temminckii yang mempunyai sinonim Catopuma temminckii.
Diskripsi Fisik dan Perilaku. Kucing emas (Pardofelis temminckii) berukuran sedang (dua atau tiga kali kucing peliharaan). Panjang tubuh satwa ini berkisar antara 66-105 cm, dengan ekor sepanjang 40-57 cm, dan tinggi bahu 56 cm, sedangkan beratnya antara 9-16 kg.
Warna bulu kucing emas (Asiatic Golden Cat)
bervariasi, mulai dari coklat keemas-emasan hingga coklat tua dan
abu-abu. Pada pipinya terdapat bulu putih. Sedangkan bulu bagian
perutnya berwarna lebih terang dari pada bagian punggung.
Kucing emas (Pardofelis temminckii) merupakan hewan nokturnal
meskipun terkadang juga beraktifitas di siang hari. Lebih menyukai
berburu dan berjalan di atas tanah ketimbang memanjat pohon, meskipun
kemampuan memanjat dan berjalan di atas pohon pun sangat baik. Dengan
ukurannya yang relatif besar, kucing emas mampu memangsa berbagai
burung, tikus besar, reptil, kambing, rusa muda hingga anak kerbau.
Saat belum memiliki pasangan, kucing emas
hidup secara soliter. Namun jika telah menemukan pasangan kucing ini
terkenal memiliki kesetiaan terhadap pasangannnya. Sehingga kegiatan
berburu pun dilakukan berdua.
Kucing emas (Pardofelis temminckii) terdiri atas tiga subspesies, yaitu:
-
Pardofelis temminckii temminckii (Himalaya, Asia Tenggara dan Sumatera).
-
Pardofelis temminckii dominicanorum (Cina bagian tenggara).
-
Pardofelis temminckii tristis (Cina bagian barat daya).
Daerah Sebaran, Habitat, Populasi, dan Konservasi.
Kucing emas hidup tersebar di Bangladesh, Bhutan, China, India,
Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Thailand, dan
Vietnam. Mendiami hutan tropis, subtropis pada daerah dataran rendah
hingga berketinggian 2000 m dpl. Di Indonesia, kucing misterius yang
langka ini hanya dapat ditemukan di pulau Sumatera yang antara lain di Taman Nasional Way Kambas (Lampung), Taman Nasional Batang Gadis (Sumatera Utara), dan Taman Nasional Kerinci Seblat (Jambi).
Populasinya tidak diketahui dengan pasti namun secara umum mengalami penurunan. Oleh karena itu, secara global IUCN Redlist menggolongkannya sebagai spesies Near Threatened (Hampir Terancam). Sedangkan CITES memasukkan kucing emas dalam daftar Apendix I (dilarang diperdagangkan).
Keberadaan kucing emas di Sumatera pernah
dianggap tinggal mitos dan telah punah, hingga pada 1995, sebuah kamera
trap di Way Kambas berhasil memotret keberadaan kucing ini kembali.
Karena tidak berlebihan jika pemerintah Indonesia memasukkan kucing emas
sebagai salah satu hewan yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 (tertulis sebagai Felis temmincki).
Ancaman utama bagi kucing emas ini adalah hilangnya habitat akibat kerusakan hutan selain akibat perburuan liar untuk diperdagangkan ataupun akibat mempercayai mitos ghaib yang berkembang terkait kucing ini.
Mitos Ghaib Kucing Emas.
Mitos ghaib tentang kucing emas yang mempunyai berbagai khasiat mistik
sebenarnya kurang masuk akal. Sayangnya masih ada juga berbagai kalangan
yang mempercayai. Sayangnya, akibat mitos inipun kelestarian kucing
emas ini di alam liar semakin terancam.
Konon, di Sumatera kucing emas termasuk
salah satu satwa yang dikeramatkan dan dianggap mempunyai tuah. Bagian
tubuhnya dijadikan jimat dan penangkal bala (kecelakaan) seperti bulu kumis dan kuku cakarnya yang dipercaya mampu menangkal teluh
atau santet. Dagingnya, dapat membuat badan orang yang memakannya
menjadi kebal terhadap benda tajam, mampu memiliki gerakan segesit
kucing emas, dan tidak mudah terlihat oleh mata orang-orang normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar