Sabtu, 07 September 2013

PANGULUBALANG NAMA LAIN MAHLUK GAIB SUKU BATAK


PANGULUBALANG
yaitu washilah yang dijadikan hulubalang Sang Datu (Dukun) untuk menghancurkan musuh dan mahluk gaib lainnya.
Seorangg anak kecil diculik, lalu diasuh oleh si Datu. Segala maunya dituruti asal bisa patuh. Pada saat yang ditentukan, kemudian sianak dikorbankan, dengan cara dimasukkan kedalam mulutnya berupa cairan timah yang mendidih. Kemudian mayatnya dipotong-potong dan dicampur dengan beberapa ramuan dan dibiarkan membusuk. Air fermentasi yang keluar dari mayat anak tadi disimpan didalam cawan, lalu sisanya dibakar untuk mendapatkan abunya. Untuk memanggil Sianak yang sudah dikorbankan tadi, disiapkanlah patung. Patung inilah yg disebut Pangulubalang. Patung ini berfungsi untuk penolak bala, sedang datu bisa memanfaatkannya untuk disuruh menyerang musuh, berupa santet.
TUNGGAL PANALUAN
berupa tongkat sakti yang dimiliki Datu-datu Batak, diyakini bahwa tongkat ini hidup dan bisa disuruh.
PAMUNU/PEMBUNUH TANDUK
ilmu yg berfungsi untuk menetralkan ilmu kiriman lawan. bisa juga digunakan untuk menyerang musuh. ini berupa tanduk.
PAMODILAN/TEMBAK
adalah ilmu yg digunakan untuk menembak musuh baik dengan menggunakan senjata (bodil) maupun dengan syarat atau tabas-tabas (mantra) tanpa menggunakan senjata.
GADAM
ilmu racun sehingga kulit musuh akan seperti penderita kusta.
PAGAR (PENOLAK BALA)
Okultisme Batak ini, dibuat dari berbagai bahan dengan waktu dan cara pembuatannya yg sangat mengikuti prosesi ritual. Biasanya menggunakan ayam, lalu bahan dibawa ke tempat yang dianggap keramat (sombaon, sinumbah).
Dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk membuat ramuan Pagar ini. Ramuan ditumbuk halus seperti pasta atau bubuk yg disimpan dalam Naga Morsarang (tanduk kerbau yg berukir).
“Pagar hami so hona begu so hona aji ni halak”, ini contoh tabas (mantra) yang digunakan.
Penggunaan penolak bala ini, biasanya diberikan pada pasien perorangan ataupun kolektif, seperti; Pagar Panganon (Ilmu tolak bala berupa makanan yg wajib dimakan pasien), Pagar Sihuntion (dijunjung atau digantung oleh perempuan hamil), Pagar ni halang ulu modom ( Digantung didekat tempat tidur org yg sakit), Pagar Sada bagas (Tolak bala sekeluarga), Pagar Sada huta (Ruwatan Kampung).
AZIMAT,
Dulu Orang Batak akan lebih ‘pede’ jika pakai jimat. Kontribusi Aceh, Melayu Sumatera Timur dan Minangkabau sangat besar terhadap keberadaan jimat bagi Orang Batak. Simbora adalah azimat asli Batak yang terbuat dari timah hitam.
Selain itu, kita temukan juga azimat dari gigi binatang; seperti harimau, beruang. Ada juga jimat agar tidak mempan peluru yg biasa terbuat dari tulang kerbau yg dirajahi; azimat ini disebut Sarang Bodil atau Sarang Tima.
SONGON/POHUNG/PILUK-PILUK
Adalah sejenis patung (gana-gana) yang diletakkan di ladang untuk melindungi dari pencuri.
“Surung ma ho Batara Pangulubalang ni pohungku, ama ni pungpung jari-jari, ina ni pungpung jari-jari, Batara si pungpung jari. Surung pamungpung ma jari-jari ni sitangko sinuanku onon, surung bunu”, ini adalah mantra (tabas) Pohung agar pencuri menjadi lumpuh jari-jarinya, bahkan mati.
Tukkot Tunggal Panaluan & Pinggan yg biasa dipergunakan leluhur Batak untuk wadah makanan adat atau kepentingan hadatuon; memang bayak yg sudah beralih tangan ke pihak luar. bukan itu saja, pustaha laklak jg banyak beralih tangan kepemilikannya.
Ada cara supranatural Batak untuk mengembalikan harta leluhur.
Orang Batak sangat menghormati para leluhur; makanya dalam sejarah-sejarah Batak, sering terjadi pengkaburan, akibat orang Batak tidak ingin ada sebuah fase yang dianggap jelek yangg berhubungan dengan leluhurnya.
Adong pardomuan ni halak na mangolu dohot angka na mate (Ada interaksi antara yg hidup dengan yg sudah wafat). Orang Batak menganggap bahwa, interaksi ini memiliki pengaruh yag besar baik bagi manusia yang hidup, maupun bagi roh-roh orang mati.
Pada masyarakat Batak (Toba) dikenal 8 tingkat kematian. Dari yang terendah:
Pertama, Mate Tarposo (Mati dalam kandungan atau saat masih bayi).
Kedua, Mate Poso (Mati kanak-kanak dan sebelum kimpoi).
Ketiga, Mate Pupur (Mati tua tanpa pernah kimpoi).
Keempat, Mate Punu (Mati sesudah kimpoi, tidak punya anak).
Kelima, Mate Mangkar (Mati setelah ada anak yang kimpoi, tetapi belum punya cucu).                                            Keenam, Mate Sarimatua (Mati sudah punya cucu, tetapi masih ada anaknya yang belum kimpoi).
Ketujuh, Mate Saurmatua (Mati setelah semua anak kimpoi dan mempunyai cucu).
Kedelapan, Mate Mauli Bulung (Mati setelah cucunya sudah punya cucu lagi dan status sosialnya baik serta tak ada seorang pun dari keturunannya meninggal mendahuluinya). Mulai dari Mate Tarposo hingga Mate Punu dapat dikatakan tidak dilakukan acara adat yang berarti, karena hal itu dianggap belum lengkap kehidupan seseorang. Acara adat dilakukan dan akan semakin besar serta memakan waktu lama dimulai dari jenis Mate Mangkar hingga kepada Mate Mauli Bulung.
penghormatan terhadap seorang leluhur yang berada di alam baka dapat kita lihat melalui bentuk kuburan yang ada. Bagi orang Batak (Toba), kuburan terdiri dari tiga jenis yaitu:
1. Kuburan umum tempat pemakaman satu kampung (Huta).
2. Disebut “Tambak” berupa tanah yang ditinggikan di atas kuburan seorang yang mati dalam peringkat Sarimatua/Saurmatua. Tanah yang ditinggikan tersebut terdapat rumput manis, diletakkan secara terbalik, bertingkat tiga, lima, tujuh. Di atas tanah yang ditinggikan itu ditanam pohon Hariara/Beringin atau Bintatar sebagai pertanda. Dengan berbagai variasi yang berkembang kemudian, Tambak digunakan sebagai pusara bagi keluarga atau marga dan biasanya dibangun di kampung asal (Bona Pasogit).
3. Tugu sebagai monumen, pembangunannya berkembang secara besar-besaran setelah Tugu Raja Sisingamangaraja XII dibuat. Tugu biasanya dibangun untuk persatuan marga di bona pasogit (kampung asal) dan di dalamnya terdapat tulang belulang leluhur dengan ritual Mangokkal Holi atau menggali dan memindahkan tulang belulang.
NB: sampai skrg Pangulubalang masih ada di Tukka (kecamatan Pakkat, Humbahas. Sumatera Utara) yg menjadi artifak atas nama Marga Marpaung. Artifak ini pernah hendak dicuri oleh pendatang dengan tujuan bisnis ratusan juta rupiah @ artifak. pencurian ini gagal dengan cara yang cukup mistis. menurut cerita yang beredar di masyarakat Pakkat, artifak ini tidak mau dibawa keluar dari Pakkat dan bergerak dengan sendirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar